Sudah Layakkah Permintaan Kita
Bila suatu waktu pembantu kita, mungkin karena senangnya mendapat sesuatu
dari kita, mengatakan, " Apapun permintaan Bapak hari ini akan saya penuhi
". Karena kita tahu keadaan dia, maka mungkin kita hanya mengatakan, "
Tolong kamu cuci bersih saja mobil saya ". Kita tidak mungkin meminta rumah
mewah darinya, karena kita tahu tidak mungkin ia sanggup memberikan itu
kepada kita.
Sebaliknya bila pada suatu ketika misalnya Bapak Presiden menawarkan
kepada kita, " Bila ada sesuatu yang kamu inginkan dari saya, silakan kamu
sebutkan". Maka tentu kita tidak meminta bapak Presiden untuk mencucikan
mobil kita, mungkin kita akan meminta agar kita dijadikan Menteri atau
dijadikan Direktur di salah satu BUMN.
Ilustrasi di atas ingin menyampaikan bahwa kita termasuk orang yang bijak
bila permintaan kita selalu disesuaikan dengan kemampuan orang yang kita
mintai pertolongan. Dengan demikian kita akan ditertawakan orang bila
misalnya meminta dibelikan mobil mewah pada seorang tukang becak ; atau
hanya meminta dibelikan sebungkus rokok pada seorang konglomerat ternama.
Lalu bagaimana permintaan kita kepada Allah ? Apakah doa kita masih
meminta sesuatu yang sifatnya " recehan " ? Meminta supaya kaya ? Meminta
supaya mendapat jabatan yang tinggi ?
Mengapa kita tidak meminta sesuatu yang teramat istimewa ? yaitu sesuatu
yang tidak bisa diberikan oleh siapa pun ?
Bukankah hidayah, ampunan, lindungan dari siksa neraka, keteguhan iman,
kekhusukan dalam ibadah atau pun petunjuk kepada jalan yang lurus hanya
dapat diberikan oleh Allah saja?
20 Desember 2008 pukul 09.07
iya ug sih...betul2
Posting Komentar